Jakarta -- PT Bio Farma (Persero) menerima 2.400 vaksin corona dari Sinovac, perusahaan asal China. Apabila lolos uji klinis, vaksin corona tersebut dapat diproduksi ulang oleh Bio Farma karena tidak ada paten.
"Tidak ada paten dalam kerja samanya," ujar Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/7) malam.
Mengutip Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementian Hukum dan HAM, hak paten adalah hak eksklusif inventor atau penemu atas invensi selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atawa memberikan persetujuan pihak lain untuk melaksanakan temuannya.
Tahapan uji klinis vaksin corona Sinovac oleh Bio Farma akan dijadwalkan mulai pada Agustus nanti. Proses uji klinis diperkirakan memakan waktu enam bulan.
Ditargetkan, proses uji klinis terbut selesai pada Januari 2021, sehingga Bio Farma bisa segera memproduksi vaksin corona.
Terkait harga, Bambang memperkirakan vaksin corona dibanderol US$5-US$10 per dosis atau setara Rp72.500 hingga Rp145 ribu. Namun, rentang harga itu masih bisa berubah.
"Harga vaksin corona masih kami hitung, untuk perkiraan sementara, estimasinya US$5-US$10," imbuh dia.
Sebelumnya, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menargetkan dapat memproduksi vaksin virus corona pada kuartal I 2021 mendatang.
Sejalan dengan itu, Bio Farma mempersiapkan mempersiapkan fasilitas produksinya dengan kapasitas maksimal 250 juta dosis.
"Apabila uji klinis vaksin covid-19 tahap ketiga lancar, maka Bio Farma akan memproduksinya pada kuartal I 2021 mendatang," tandasnya.
Sumber : cnnindonesia.com