Benny Gantz, Eks Panglima Militer Penantang Netanyahu
18 September 2019, 09:00:26 Dilihat: 673x
Benny Gantz tak punya pengalaman berpolitik sama sekali ketika mencalonkan diri sebagai perdana menteri Israel tahun lalu, tapi nama eks panglima militer tersebut langsung dijagokan untuk mengalahkan Benjamin Netanyahu dalam pemilihan umum 2019.
Benar saja, dalam pemilu putaran pertama pada April lalu, Gantz bersama koalisi Biru dan Putih melakukan perlawanan kuat terhadap Netanyahu yang berada di bawah naungan Partai Likud.
Baru beberapa bulan terbentuk, koalisi Biru dan Putih sempat berhasil menyandingkan kedudukan dengan Partai Likud, sama-sama memperoleh 35 kursi dalam parlemen Israel, Knesset.
Netanyahu akhirnya dinyatakan menang, tapi ia tak berhasil membentuk koalisi, menjadikan posisinya imbang dengan koalisi Biru dan Putih. Kegagalan ini berujung pada pemilu ulang pada hari ini, Selasa (17/9), di mana Gantz akan kembali menantang Netanyahu memperebutkan kursi perdana menteri.
Sama dengan putaran sebelumnya, Gantz masih menggaungkan janji untuk menyembuhkan luka masyarakat akibat jatuh ke dalam jurang perbedaan yang kian dalam di masa pemerintahan Netanyahu.
Bagi pendukungnya, Gantz merupakan kepribadian yang bertolak belakang dengan Netanyahu. Namun, para pakar menganggap Gantz hanya ingin menonjolkan citra kepribadian yang berbeda, padahal kebijakannya sama saja, terutama terkait keamanan.
Sama seperti Netanyahu, Gantz juga dikenal sebagai sosok yang kerap menggunakan pendekatan keras terhadap musuh-musuh negara di sektor keamanan. Selama empat tahun menjabat sebagai panglima militer, ia bertanggung jawab atas dua perang di Jalur Gaza.
Sikap keras ini sudah terendus sejak Gantz bergabung dalam tentara pada 1977. Saat itu, ia dinyatakan berhasil melewati semua proses seleksi ketat dengan gemilang.
Ia pun ditunjuk untuk memimpin Shaldag, salah unit operasi khusus angkatan udara Israel paling kuat. Pada 1994, Gantz kembali ke tentara untuk mengomando satu brigade dan divisi di Tepi Barat. Di bawah komandonya, Israel dianggap berjaya menumpas militan Palestina dan menghancurkan berbagai fasilitas penting milik kubu penguasa Jalur Gaza, Hamas.
Pria kelahiran 9 Juni 1959 itu pun dipercaya menjadi panglima militer Israel sejak 2011 hingga pensiun pada 2015.
Kini, ia berjanji bakal mempertahankan Lembah Yordan, Tepi Barat, di bawah kendali Israel. Lebih jauh, Gantz juga bertekad mengklaim kedaulatan Israel atas Yerusalem timur, daerah yang selama ini diperebutkan dengan Palestina.
Jika dilihat dari kebijakan ini, para pakar menganggap Gantz setali tiga uang dengan Netanyahu. Namun, Gantz dianggap sangat lihai menarik perhatian publik dengan janji bakal menerapkan "nol toleransi" bagi korupsi.
Saat ini, Netanyahu sendiri sedang terseret berbagai kasus korupsi. Ia bahkan bakal menghadiri salah satu sidang pada Oktober mendatang, membuat popularitasnya kian merosot menjelang pemilu.
Sebagaimana dilansir AFP, sejumlah pengamat menilai Gantz memiliki kans besar untuk meraih banyak suara dari masyarakat yang sudah muak akan kepemimpinan Netanyahu.
Sumber: CnnIndonesia