Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan Jadi Risiko Global Masa Depan
13 Januari 2020, 09:00:02 Dilihat: 682x

Setelah berbulan-bulan mengalami gelombang panas dan kekeringan ekstrem, Australia dilanda kebakaran hutan dan semak yang hebat dan luas. Memang kebakaran hutan terjadi hampir setiap tahun, namun skalanya kali ini sangat luas dan ekstrem. Padahal musim panas baru saja dimulai dan belum mencapai puncaknya.

Sejauh ini, delapan juta hektar hutan telah terbakar. Sedikitnya 25 orang dan jutaan hewan terbunuh, kabut asap menutupi separuh benua. Menurut perkiraan, semua ini hanya awal dari bencana kebakaran yang lebih luas.
Australia bukan satu-satunya wilayah yang mengalami kebakaran luas tahun ini. Global Forest Watch Fires (GFW Fires) menghitung lebih dari 4,5 juta kebakaran di seluruh dunia yang luasnya lebih dari satu kilometer persegi pada tahun 2019. Artinya 400.000 lebih banyak daripada kebakaran tahun 2018.
Mengapa kebakaran hutan meluas, alasannya memang kompleks. Namun para ahli kini menunjuk hubungan jelas antara meningkatnya risiko kebakaran hutan dan suhu lautan yang lebih hangat sebagai dampak dari perubahan iklim.
Laut yang lebih hangat jadi akselerator api
Gas rumah kaca yang dihasilkan manusia telah memicu peningkatan suhu rata-rata bumi sekitar satu derajat Celcius sejak abad ke-19. Permukaan laut menghangat sekitar 0,8 derajat Celcius. Semakin hangat samudra, semakin sedikit energi dan CO2 yang dapat diserap dan disimpan oleh air dari atmosfer.
Konsekuensinya bisa sangat menghancurkan. Jika laut terus menghangat, itu akan memiliki dampak besar pada sistem iklim, mulai dari suhu ekstrem, badai, kekeringan, hingga banjir dan musim hujan yang panjang.
Hembusan angin kencang di atas kontinen yang sedang panas dan kering seperti Australia bisa meningkatkan risiko kebakaran hutan secara drastis. Bahkan di daerah yang dulunya beriklim sedang dan dingin risiko kebakaran hutan juga meningkat.
Manusia membakar hutan
Kebakaran sebenarnya adalah proses alami dalam regenerasi dan pembaruan ekosistem. Namun saat ini sekitar 96% kebakaran hutan, baik disengaja maupun tidak sengaja, disebabkan oleh manusia. Hanya 4% kebakaran yang terjadi secara alami; misalnya karena sambaran petir, seperti yang disebutkan dalam sebuah laporan WWF.
Banyak hutan yang dibuka untuk lahan pertanian dengan cara menebang dan membakar pohon dan tanaman, khususnya di Indonesia dan di wilayah Amazon. Di Indonesia, lebih 27 juta hektar hutan telah dihancurkan sejak 1990 untuk industri kertas dan kelapa sawit.
Deforestasi, perubahan iklim, dan risiko kebakaran hutan semuanya terkait secara langsung. Dan kobaran api pada gilirannya akan meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Menurut kelompok lingkungan Greenpeace, sekitar 8 miliar ton CO2 dilepaskan oleh api setiap tahunnya.
Kebakaran hutan di Australia saat ini telah melepaskan setengah jumlah CO2 yang dihasilkan benua itu selama setahun. Dan asap kebakaran itu sekarang menyebar melintasi Samudra Pasifik sampai ke Argentina dan Chile.

Sumber: Detik.Com
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.