Setelah Bertahun-tahun Hancur, Sinagoge di Alexandria Mesir Dibuka Kembali
30 Januari 2020, 09:00:36 Dilihat: 666x

Sinagoge Eliyahu Hanavi di Alexandria, Mesir, sekali lagi bersinar dalam kemegahan penuh. Rumah ibadah itu baru-baru ini dibuka kembali dengan upacara meriah, setelah sekian lama dipugar. Renovasi di situs ini memakan waktu lebih dari 26 bulan. Pemerintah Mesir menginvestasikan sekitar 6 juta dollar AS dalam memulihkan bangunan tersebut, demikian menurut Dewan Tertinggi Benda Purbakala Mesir.

Sinagoga Eliyahu Hanavi memiliki ruang yang cukup untuk menampung 700 jemaat dan memiliki ruang terpisah yang didedikasikan untuk penyimpanan gulungan Taurat. Saat ini, ada sekitar 63 gulungan yang diarsipkan di sana. Bangunan itu sendiri diperbaiki berdasar pada reruntuhan sinagoge sebelumnya yang dibangun pada tahun 1354. Situs aslinya mengalami kerusakan serius di zaman kekuasaan Napoleon dan telah dibangun kembali pada tahun 1850.
Emigrasi Yahudi dari Mesir
Beberapa peziarah kemungkinan akan mengunjungi situs itu dalam waktu dekat. Sejauh ini hanya tinggal tersisa 20 orang Yahudi saja di Alexandria – jumlahnya jauh berkurang dari 40.000 anggota jemaat yang ada di sana hingga akhir tahun 1940-an. Secara keseluruhan, dulu ada sekitar 80.000 orang Yahudi tinggal di Mesir.
Kehidupan bagi orang Yahudi di Timur Tengah menjadi semakin sulit setelah proklamasi kemerdekaan Israel pada tahun 1948 – yang segera diikuti konflik dengan negara-negara Arab di sekitarnya. Di Mesir, etnis Yahudi berulang kali diserang. Beberapa orang terbunuh. Situasi ini memicu gelombang pertama orang Yahudi di Mesir yang meninggalkan tanah air mereka untuk bermigrasi ke Israel.
Gelombang kedua emigrasi dimulai saat terjadi Krisis Suez pada tahun 1956, yang memicu serangan baru terhadap warga Yahudi. Pada akhirnya, sebagian besar orang Yahudi yang tersisa melarikan diri dari negara itu setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967. Selama masa perang, militer Mesir menangkap sejumlah besar pria Yahudi yang diberi dua pilihan: Pergi dengan keluarga mereka, atau dideportasi ke kamp-kamp interniran.
Meskipun Mesir dan Israel menandatangani perjanjian damai pada musim semi 1979, langkah itu tidak banyak berpengaruh di masyarakat Mesir, sehingga membuat situasinya sangat sulit bagi beberapa orang Yahudi yang masih tinggal di sana.
`Merevitalisasi warisan kita`
Sinagoge dengan cepat hancur ketika orang-orang Yahudi di Mesir melarikan diri ke negara baru Israel. Angin dan cuaca memperburuk kondisi bangunan. Akhirnya gedung itu ditutup untuk umum.
Inilah yang membuat upaya renovasi semakin luar biasa. Pemulihan sinagoge itu sendiri dianggap sebagai simbol dari "revitalisasi warisan penting Yudaisme di Mesir setelah bertahun-tahun terabaikan," sebagaimana diungkapkan Magda Haroun, Presiden Komunitas Yahudi di Mesir, kepada majalah online Al-Monitor.
Haroun mengatakan bahwa meskipun hanya tersisa sedikit orang Yahudi di Mesir, bangunan itu akan tetap menjadi situs yang penting, yaitu, "terbuka untuk semua pengunjung, dan mewakili sejarah orang Yahudi di Alexandria."
Haroun menambahkan bahwa dia, "berharap sinagoge di Mesir akan segera dibuka bagi semua, dan akan menjadi tempat yang menyemai semangat dan jiwa."
Meskipun pemulihan bangunan ini dianggap sebagai perkembangan positif, sinagoge Mesir tidak akan digunakan untuk upacara keagamaan dalam waktu dekat. "Kita dapat menggunakannya untuk mengadakan konser atau diskusi budaya, karena tidak akan digunakan untuk upacara keagamaan," kata Haroun, mengutip sejumlah kecil umat Yahudi yang tinggal di Mesir.
Menurut tradisi agama Yahudi, untuk menggelar upacara keagamaan, setidaknya 10 pria harus hadir, dan jemaat mereka tidak memiliki cukup anggota untuk memenuhi persyaratan itu.
Kepentingan multibudaya
Namun demikian, sinagoge ini akan memenuhi peran penting lainnya - sebagai simbol yang menarik minat baru atas warisan multibudaya Mesir – dengan mencakup sejarah Yahudi. Hal inilah yang dirujuk Menteri Purbakala Khaled al Anani saat pembukaan kembali sinagoge itu.
"Mesir adalah tempat di mana sejumlah peradaban hidup berdampingan secara damai satu sama lain selama berabad-abad, memiliki keanekaragaman budaya yang unik." Dia menambahkan bahwa pemulihan dan pembukaan kembali sinagoge Alexandria merupakan sinyal kepada dunia bahwa, "pemerintah Mesir peduli terhadap warisan semua agama."
Sejak mengambil alih kekuasaan, Presiden Mesir, Abdel-Fattah el-Sisi juga telah berulang kali menjadi tuan rumah bagi sejumlah delegasi Yahudi.
Reaksi Israel
Pemulihan sinagoge disambut dengan antusias di Israel juga. "Kami dengan sepenuh hati menyambut upaya Mesir untuk mempertahankan situs-situs Yahudi yang telah ada di sana selama lebih dari 2.000 tahun," kata Lior Haiat, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel.
David Govrin, duta besar Israel untuk Mesir, mengunjungi sinagoge itu pada tahun 2016. Pada saat itu ia mengatakan bahwa "pemulihan sinagoge itu penting, karena selain merupakan bagian dari warisan kami, juga merupakan bagian dari sejarah Mesir. Sangat menakjubkan dan (merupakan momen yang) langka untuk memasuki sinagoge tua yang begitu indah dan luar biasa. Ini adalah simbol masa lalu, masa ketika komunitas Yahudi di kota ini berkembang," pungkasnya.

Sumber: Detik.Com
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.